Jepang sekarang mungkin merupakan negara maju yang progresif. Jepang tak lagi menjadi kekuatan yang menakutkan setelah dihajar oleh dua bom atom Amerika dan genknya tahun 1945 di Hiroshima dan Nagasaki. Kekuatan Jepang benar-benar lumpuh, juga nyalinya untuk bersaing dengan negara besar seperti Amerika dan Uni Eropa. Jepang sudah ‘’membeo’’ pada Amerika dan sekutunya begitu takluk tanpa syarat pada perang dunia II.
Padahal sebelumnya, Jepang adalah kekuatan yang sangat menakutkan. Ambisi Jepang menaklukkan Asia dengan menjadikan Asia Raya merupakan pangkal segala musibah kemanusiaan yang terjadi. Di Indonesia, kekejaman Jepang tampak pada kerja paksanya romusa. Kendati hanya 3,5 tahun menduduki Indonesia, Jepang menyisakan kepedihan yang luar biasa. Romusa terbukti menjadi salah satu tragedi kemanusiaan yang luar biasa bagi negeri ini.
Hanya saja, sejarah Jepang di Indonesia dengan romusanya tidak banyak terungkap. Bahkan publik dan para pelajar Jepang sendiri tidak banyak tahu tentang masa kelam bangsanya di negeri lain. Tak hanya itu, sejarah romusa sendiri di tanah air banyak yang terlupakan. Romusa menjadi sekadar cerita singkat yang kadang dianggap biasa dilakukan koloninal.Salah satu sejarah kelam romusa di tanah air terjadi di Muara Cibadur, Pantai Bayah, Banten. Bayah saat pendudukan Jepang itu dikenal sebagai penghasil batu bara, dan Negeri Matahari Terbit itu sangat antusias mengambil tambang batu bara untuk membiayai negara-terutama perangnya dengan sekutu yang dikomandoi AS.
Penambangan batu bara dan kerja paksa di daerah ini memanfaatkan tenaga kerja dari Jawa Tengah seperti Purwodadi, Purworejo, Kutoarjo, Solo, Semarang, Yogyakarta dan lainnya. Selain penambangan, romusa juga dipaksa kerja membuat rel kereta api Bayah-Seketi untuk mengangkut bara. Sekitar 93 ribu romusa menjadi korban dalam berbagai kerja paksa ini.
Kekejaman Jepang dengan sistem romusa tidak banyak yang terungkap secara detil. Bahkan penduduk Bayah sekarang, banyak yang tak mengetahui tentang sejarah romusa di daerahnya. Kebanyakan para tenaga romusa yang masih hidup memang tak lagi berada di sana. Romusa yang tersisa mungkin tak lama lagi pun akan hilang karena termakan usia. Jika itu terjadi suatu hari nanti, maka akan banyak fakta sejarah tentang romusa yang menghilang begitu saja.
Buku Romusa, Sejarah yang Terlupakan ini merupakan salah satu buku yang mengungkap sejarah kelam bangsa ini. Selain jugun ianfu, romusa adalah perlakuan kejam Jepang pada rakyat Indonesia yang tak pantas dilupakan begitu saja. Romusa telah mengusik rasa kemanusiaan terdalam bangsa ini. Romusa menjadikan bangsa ini begitu terhina. Namun demikian, tetap saja banyak fakta tentang romusa yang tak terungkap.
Buku ini tak hanya mengungkap romusa, namun juga sejarah Jepang di Indonesia, sejarah perang dunia II, dan betapa dahsyatnya eksploitasi rakyat demi kekuasaan. Sampai kini, sejarah romusa, terutama yang lebih spesifik di buku ini di pertambangan batu bara Bayah, Banten Selatan seolah terlupakan. Tidak ada monumen, kenangan, atau pertanda bahwa di daerah ini ada kejahatan kemanusiaan yang dahsyat. Padahal, Bung Karno berulangkali menyebutkan, ‘’jangan sekali-kali melupakan sejarah,’’ dengan akronim ‘’Jasmerah’’.
Buku ini memaparkan fenomena romusa di Indonesia dengan cukup baik. Paparannya jelas dan cukup konkret. Buku ini memaparkan penderitaan masyarakat akibat romusa dengan cukup detil walaupun hanya singkat saja. Namun setidaknya itu sudah menggambarkan jejak kekejaman Jepang di negeri ini.***
Rahmadi Hidayat
Alumnus UIN Suska Riau