Namun kemerdekaan yang diraih itu ternyata tak berlangsung mulus. Kemerdekaan itu harus dibayar dengan bentrok berdarah usai jajak pendapat dan pengumumannya pada 4 September 1999. Begitu pengumuman itu terjadi, maka bentrok massa pun tak terhindarkan, kerusuhan terjadi di mana-mana.
Versi pendukung Timor Timur, termasuk PBB dan dunia internasional, tentara Indonesia turut andil dalam terjadinya kerusuhan pasca jajak pendapat. Namun dari pihak militer Indonesia, tentu saja itu dibantah habis-habisan.
Buku Pembantaian Timor Timur ini berada pada pihak yang lebih banyak mengungkap sisi ril yang terjadi di masyarakat. Ada aksi pembantaian di mana-mana yang diungkap lagi, sesuai dengan fakta-fakta yang ada dalam penyelidikan Komnas HAM, termasuk dari lembaga internasional.
Sebenarnya tak ada hal baru yang diungkap dalam buku ini, kecuali menyebutkan beberapa hal yang lama dan kembali berulang. Hanya saja dengan muatan analisis yang cukup tajam, buku ini seperti ingin kembali membuka luka-luka dan kegerahan tokoh-tokoh tertentu.***
Mulyadi
Alumnus PPS UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta