Keberadaan mading tak ubahnya seperti kehadiran surat kabar di masyarakat. Mading memberikan informasi terkini kepada masyarakat sekolah. Dengan membaca mading, diharapkan keluarga besar sekolah bisa mengetahui lebih cepat dan lebih luas informasi yang ada di sekolah maunpun informasi lain tentang perkembangan dunia pendidikan.
Fungsi mading sebagai media, juga dapat menjadi jembatan informasi antara guru dengan siswa, guru dan kepala sekolah, dan bahkan tidak tertutup kemungkinan, mading menjadi jembatan sekolah dengan masyarakat sekitar.
Hanya saja, keberadaan mading sekolah masih sering diabaikan. Masih banyak sekolah yang bahkan tidak memiliki mading sekolah. Di sejumlah sekolah lainnya, ditemukan pula ada mading yang kurang terawat, sehingga tidak diminati oleh keluarga besar sekolah. Mading-mading sekolah tak lebih dari sekadar syarat saja tanpa mengedepankan fungsinya sebagaimana yang telah disebutkan tadi.
Melihat strategisnya fungsi mading, sekolah haruslah memberikan perhatian khusus terhadap mading sekolah. Kata kuncinya adalah dukungan kepala sekolah dan guru. Dukungan yang diberikan, selain dalam bentuk moral, yang lebih penting itu adalah dukungan finansial.
Sekolah harus menyiapkan anggaran khusus untuk itu, sehingga mading sekolah bisa terbit secara kontinyu dan dikelola dengan lebih profesional lagi.
Dalam pengelolaan mading, selain dukungan penuh kepala sekolah atau mungkin juga yayasan, perlu ada seorang guru atau mungkin juga staf ahli yang memberikan perhatian secara teknis terhadap pengelolaan mading dengan cara menggerakkan sejumlah siswa di sekolah sebagai pengelola.
Dengan keberadaan mading sekolah, berbagai informasi yang berkembang, bisa diinformasikan melalui mading. Bahkan, mading bisa dijadikan media pembelajaran oleh guru. Misalnya, guru memberikan tugas kepada siswa melalui mading. Pertanyaan-pertanyaan tidak disampaikan di kelas, melainkan ditempel di mading.
Dengan adanya tugas yang diberikan, secara tidak langsung telah ‘’memaksa’’ siswa untuk membaca mading minimal sekadar untuk menyelsaikan tugsa yang diberikan.
Bahkan, jika dikelola dengan baik, mading bisa memberikan sumber pendapatan bagi pengelolanya. Sebab, secara fungsi, mading tidak jauh berbeda dengan surat kabar pada umumnya. Bedanya hanya pada wilayah edar dan masyarakat pembaca. Jika mading ruang lingkupnya lebih kecil hanya masyarakat sekolah, surat kabar memiliki masyarakat pembaca yang tersebar di banyak tempat.
Namun, baik mading dan surat kabar dianjurkan mencari sumber pendapatan agar bisa bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama. Satu hal, mading tidak boleh selamanya mengandalkan dana operasional sekolah yang jumlahnya terbatas. Pengelola mading harus kreatif mencari sendiri sumber pembiayaan mading, dan peluang itu terbuka jika pengelolanya kreatif.
Dengan memadukan isi yang menarik dengan kemampuan menyalurkan aspirasi dan daya kreasi siswa, diyakini mading sekolah akan mampu bertahan lama. Mading sekolah akan mendapatkan tempat di hati pembacanya. Akan halnya surat kabar, jika mading sekolah sudah ‘’dicintai’’ pembacanya, persoalan finansial yang selalu menghantui mading-mading sekolah pun akan dapat teratasi. Semoga.***