Cita-cita Israel untuk menciptakan Israel Raya ini mendapat penentangan yang keras dari Presiden Iran, Dr Ahmadinejad. Presiden cerdas yang cukup flamboyan ini merupakan satu dari beberapa penentang Amerika dan sekutunya yang paling keras menyuarakan gerakan anti Israel. Maklum, di antara cita-cita Israel Raya itu setelah mencaplok Palestina seutuhnya adalah membentangkan kekuasaan dari Sungai Nil (Mesir) hingga sungai Eufrat (Irak).
Iran merupakan negara penghalang cita-cita Israel ini.
Iran dengan tegas menolak keras misi Israel. Bahkan Ahmadinejat yang didukung rakyat Iran mengklaim Israel akan terhapus dari peta dunia. Ia juga mengesampingkan kisah holocaust yang selama ini dianggap sebagai kisah suci dan menafikannya merupakan kejahatan bagi komunitas di kawasan Eropa. Dengan kenyataan itu, Israel tentu sangat memusuhi Ahmadinejad.
Barat yang dimotori Amerika Serikat juga mendukung upaya Israel. Di era Presiden George W Bush, Amerika dengan sangat progresif menunjukkan sikap permusuhan terhadap Iran. Berbagai isu dikembangkan untuk menyudutkan Iran dan Ahmadinejad dalam pergaulan dunia internasional, mulai isu terorisme hingga senjata nuklir. Standar ganda terjadi karena Amerika dan Eropa boleh mengelola senjata nuklir. Di Timur Tengah, hanya Israel yang boleh melakukannya. Iran secara jantan mengakui sedang memperkaya uranium, bahan baku nuklir. Akan tetapi, itu hanya ditujukan untuk membuat listrik, untuk tujuan damai.
Jika di era Bush, Mahmud Ahmadinejad mendapatkan perlakuan kurang baik, di era presiden berikutnya, Barrack Obama, masih ada beberapa pertanyaan. Namun demikian, isyarat tetap memanasnya hubungan dua negara tampaknya akan terus terjadi. Ahmadinejad yang mengirimkan surat ucapan selamat pada Obama justru ditanggapi dengan dingin: sebuah cara diplomasi yang jelek. Belum lagi pernyataan-pernyataan Obama yang tetap akan mengancam Iran.
Ada spekulasi yang menyebutkan bahwa Obama sesungguhnya ‘’berhutang’’ sangat banyak kepada Yahudi yang masih menguasai lobi parlemen di Amerika, baik di Partai Republik, maupun di Demokrat. Dengan demikian, akan sulit bagi Obama untuk keluar dari pengaruh kebijakan AS yang menguntungkan Israel dan semua pengaruhnya. Obama diperkirakan akan tetap memusuhi Iran, bahkan mungkin memulai perang baru, selain perang Irak yang diciptakan Bush dan seolah tiada akhir.
Buku ini memuat pikiran-pikiran Ahmadinejad serta visinya dalam membangun tatanan dunia yang adil di masa depan. Niscaya kita akan bisa membaca ke man arah kebijakan Iran dan akan dibawa ke mana segala ketegangan yang terjadi di antara Iran dan negara-negara Barat yang dimotori Amerika. Apakah akan dibawa ke perang terbuka yang berarti akan banyak lagi tumpah darah dan nyawa melayang sia-sia? Obama mungkin bisa menjawab ini. Asa yang sangat besar padanya bagi perdamaian dunia agaknya harus dipupus kalau ia akhirnya juga mengobarkan perang.***