Hari ini tanggal 9 Agustus 2009 adalah hari ulang tahun (HUT) Provinsi Riau yang ke 52. Kita ucapkan selamat kepada Provinsi Riau yang sudah menapaki hari-harinya yang cemerlang. Andaikan Provinsi Riau diibaratkan sebagai seorang anak manusia, maka dia sebenarnya memang sudah melewati tahun emasnya (50 Tahun).
Bagaikan perjalanan matahari, titik kulminasi tertinggi memang sudah terlampaui. Sekarang matahari itu sudah mulai condong ke arah barat. Sinarnya tak lagi segarang kemarin, namun masih tetap memancarkan sinarnya yang cemerlang. Kita memang harus sadar bahwa cahaya matahari itu tidak selamanya berada pada titik kulminasi tertinggi, suatu saat dia pasti condong ke arah barat dan akhirnya terbenam.
Kalau dahulu kita bangga dengan hasil minyak bumi Riau yang begitu besar, sekarang produksinya terus menurun. Cadangan minyak bumi kita sudah semakin menipis. Teknologi sederhana seperti dahulu tidak sanggup lagi untuk menguras sisa-sisa minyak yang masih tertinggal di perut bumi Riau. Riau memerlukan teknologi yang jauh lebih canggih, agar produksi minyaknya tetap bertahan tinggi. Namun teknologi itu ternyata sangat mahal dan memerlukan biaya yang cukup besar. Andaikan harga minyak melambung tinggi seperti yang terjadi beberapa tahun yang lalu, mungkin para pelaku bisnis minyak akan tetap bergiat dalam melakukan terobosan-terobosan baru, agar minyak tetap berproduksi tinggi di Riau, namun dalam kondisi harga minyak tidak menentu, mereka mengalami kesulitan dalam melakukan analisa skala usaha masa depan.
Riau dulu juga pernah berjaya dengan industri kayu, pulp and paper. Namun sekarang industri-industri itu hampir tiarap karena ketiadaan bahan baku. Mungkin dahulu kita pernah keliru dalam merancang skala usaha yang disesuaikan dengan daya dukung lingkungan hidup. Andaikan kita mampu merancang skala usaha sesuai dengan daya dukung lingkungan, maka industri-industri kayu, pulp and paper tidak perlu cemas seperti sekarang ini. Jika dibandingkan dengan negara-negara yang berada di daerah sub tropis, kita jauh lebih beruntung karena memiliki keunggulan komperatif yang tidak akan bisa ditandingi. Jika pada hari ini kita menanam kayu yang baik, maka Insya Allah, dalan kurun waktu hanya enam atau tujuh tahun ke depan kita sudah bisa memanen atau menebangnya, namun jika ditanam di daerah sub tropis, paling cepat 20 sampai 30 tahun ke depan baru bisa dipanen. Sayangnya, sekarang kita tidak lagi memiliki lahan yang cukup luas untuk menanam kayu-kayu itu bagi keperluan industri kayu di Riau
Kita sekarang memang bangga dengan kebun kelapa sawit yang jumlahnya melebihi 1,5 juta hektare. Sayangnya kebun-kebun kelapa sawit yang ada itu sebagian terbesar dimiliki oleh pemodal besar yang domisilinya entah di mana. Kebunnya memang di Riau, tetapi hasil minyaknya tidak mengalir ke sini. Apalagi kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah (PAD) masih belum begitu jelas terlihat karena pajak pertambahan nilai hasil kebun belum lagi dihitung sebagai penghasilan daerah. Hanya sebagian kecil saja dari kebun-kebun sawit itu dimiliki oleh masyarakat tempatan. Andaikan dahulu program inti plasma benar-benar berjalan, sebenarnya rakyat Riau tidak perlu harus miskin. Luas kebun sawit di Riau tidaklah sedikit, namun industri hilir masih belum sempat juga kita bangun dan kembangkan. Itulah Riau
Persoalan besar dan mendasar Riau hari ini adalah baku mutu lingkungan hidup yang semakin menurun. Pada waktu musim kemarau asap dan kekeringan, pada waktu musim penghujan, banjir. Kering dan banjir bukan lagi menjadi persoalan biasa, melainkan sudah menjad hal yang luar biasa. Banyak negara dunia yang ikut mengkhawatirkannya. Asap adalah azab. Pada saat saya melihat empat buah sungai besar di Riau mengering, hati saya pun ikut mengering. Ini sebuah pertanda yang tak lazim. Sungai adalah lambang kesuburan sekaligus kemakmuran. Sungai adalah sumber kehidupan. Sungai Kampar, Siak, Rokan, dan Kuantan, sudah sangat menyusut airnya. Kalau pada hari-hari ini banyak ikan-ikan sungai yang tertangkap, hal itu memang sudah menunjukkan betapa ikan-ikan sungai itu sudah tidak sanggup lagi untuk menghindar dari tangkapan manusia. Namun sangat dikhawatirkan jika musim penghujan nanti datang, ikan-ikan yang tinggal sudah tidak mampu lagi untuk memulihkan dirinya sendiri, karena mereka sudah sangat banyak yang tertangkap. Daya dukung mereka untuk pulih secara tahunan akan menjadi semakin berkurang. Karena itu saya selaku Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau mengimbau kepada seluruh masyarakat Riau agar tidak melakukan aktifitas penangkapan ikan secara berlebih-lebihan pada musim kemarau, agar pada waktu musim penghujan nanti, ikan-ikan yang tinggal masih memiliki kemampuan untuk memulih kelangsungan hidup mereka masing-masing.
Budidaya ikan di kolam, memang merupakan salah salah alternatif untuk menahan air agar tetap tinggal di bumi. Kolam juga bisa menyuburkan tanaman di sekitarnya. Termasuk waduk PLTA Kotopanjang yang kita bangun. Namun daya dukung kolam, waduk ataupun danau tentu ada batasnya. Ketika terjadi kemarau panjang, kolam, waduk dan danau juga akan mengalami kekeringan. Hal inilah agaknya menjadi alasan pembenar bagi PLN untuk menghidup-matikan listirk secara bergilir. Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kotopanjang, dan PLTA-PLTA lainnya memang turun drastis kemampuannya pada saat kekurangan air.
Air adalah sumber kehidupan. Para ahli lingkungan hidup dunia pada hari ini sudah meramalkan, dunia akan mengalami krisis air baku pada tahun 2014 mendatang. Sumber-sumber air utama dunia bagi kehidupan umat manusia sejagat masih sangat bergantung kepada air tanah. Jika sumber air tanah mulai mengering, sungai, danau dan rawa, tidak lagi mampu menjadi cadangan air bagi masyarakat di sekitarnya, maka pada saat itulah malapetaka besar akan datang. Pada saat saya melihat air Sungai Rokan mengering beberapa waktu lalu, hati saya benar-benar menangis. Malapetaka besar pasti akan menimpa negeri ini jika sumber mata airnya mengering. Benarlah firman Allah dalam surat Al Mulk ayat 30, yang artinya ”Katakanlah (Muhammad), ”Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?” (Al Mulk, 30). Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.
Jawaban dari pertanyaan ini tidak lain, tentulah Allah. Allah-lah pemberi rahmat kepada manusia melalui air hujan yang tercurah dari langit dan air yang mengalir di sungai-sungai. Andaikan hujan tidak mau turun lagi ke bumi, dan sungai-sungai tidak lagi mengalirkan airnya yang bermutu, maka kepada siapa lagi kita akan meminta air selain kepada Allah. Maka oleh karena itu seharusnyalah kita senantiasa menyembah Allah dan mengharap pertolongan dan perlindungan dari-Nya
Wahai umat manusia Indonesia yang berada di Riau, dalam suasana kita memperingati HUT Provinsi Riau ke-52 ini, mari kita bersyukur ke hadirat Allah secara khusuk dan penuh tawaduk atas segala apa yang telah dikarunia Allah kepada kita semua. Hanya Allah yang kita sembah, dan hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. Kita juga harus berterima kasih kepada para pendahulu kita yang telah meletakkan dasar-dasar kehidupan berbangsa, bernegara serta bermasyarakat bagi kita semua di negeri ini. Mari kita dekatkan diri kepada Allah dengan senantiasa menyebut dan mengagungkan nama-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhkan diri dari segala larangan-Nya. Selagi kita menyembah Allah dan bersyukur terhadap segala apa yang telah dianugerahi Allah kepada kita semua itu, Insya Allah, rahmat Allah akan turun ke bumi yang kita huni ini.
Untuk itu, kita juga harus iringi dengan usaha yang sungguh-sungguh dengan menanam pohon sebanyak mungkin. Jadikanlah gerakan menanam pohon sebagai gaya hidup generasi yang peduli terhadap nasib anak negeri. Jangan sampai bumi ini kita wariskan dalam keadaan rusak kepada generasi penerus kita. Kasihanilah mereka. Mereka adalah pewaris kita yang harus kita selamatkan dengan menyelamatkan bumi ini, sekarang juga, tanamlah pohon dan selamatkan sumber air kita! Dirgahayu Provinsi Riau, Dirgahayu Republik Indonesia!***
Ditulis oleh: Tengku Dahril
Telah tebit di Harian Riau Pos Edisi Ahad (9/8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar