Meninggalkan Mitos Hubungan Pasangan Kekasih
Bimbang dengan hubungan pacaran yang dijalin saat ini, coba saja datang ke Pulau Penyengat. Ada suatu mitos yang banyak diyakini, jika sepasang kekasih datang ke pulau ini, tak lama usai mengunjungi pulau ini, jika pasangan tersebut cocok, akan langsung menikah. Tapi sebaliknya, banyak pula pasangan yang putus setelah mengunjungi pulau ini.
SEPERTI pengalaman pasangan suami Istri, Yani (32) dan Daniel (33). Kedua pasagan ini masih memiliki hubungan saudara yang di jodohkan oleh orang tua mereka. Dari hati kecil Yani, ia bimbang dengan perjodohan tersebut. Selain masih ada hubungan saudara, ia juga memiliki kekasih dengan pria lain.
Sampai akhirnya, Yani yang tinggal di Pekanbaru memutuskan mengunjungi Daniel yang saat itu ditugaskan perusahaannya ke Tanjungpinang. ‘’Selain jalan-jalan lihat Tanjungpinang, maksudnya untuk meyakinkan diri, apa iya hubungan kami bisa dilanjutkan ke pernikahan,’’ ujar Yani.
Di Tanjungpinang, Daniel mengajak Yani mengunjungi Penyengat. Dari awal ia juga telah menceritakan mitos tentang pulau itu. Yanipun tidak keberatan. Sampai di pulau, tempat yang pertama dikunjungi Masjid Sultan sekalian Salat Zuhur, lalu dilanjutkan dengan mengunjungi Kompleks Makam Engku Putri. Di Makam ini, Daniel dan Yani memanjatkan doa bersama. ‘’Mungkin memang sudah jodoh juga, habis dari pulau ini, hati saya makin kuat dan beberapa bulan setelah itu, kami menikah,’’ ungkap Yani mengisahkan pengalamannya lima tahun yang lalu.
‘’Percaya atau tidak, banyak pasagan yang memang mengalaminya,’’ ujar Tengku Fuad, warga Penyengat yaag masih memiliki keturunan dengan keluarga sultan. Jika melihat sejarah dari pulau ini, sebenarnya mitos hubungan pasagan kekasih tersebut tidaklah aneh. Pasalanya, Pulau Penyengat bisa dikatakan adalah milik Engku Putri. Karena pulau ini dihadiahkan suaminya Sultan Mahmud Syah sebagai mas kawinnya sekitar tahun 1801-1802. Selain itu Engku Putri adalah pemegang regalia kerajaan Riau.
Sejarah pulau penyengat sebagai mas kawin inilah, konon menguatkan keyakinan para pengunjung, kalau mitos tersebut benar adanya. Hal ini juga diyakini hampir semua warga Penyengat yang sebagian besar masih memiliki hubungan kekerabatan dari tokoh yang menorehkan sejarah di pulau ini. Karena alasan itu juga, mengunjungi Penyengat, belum lengkap jika belum mengunjungi Makam pemilik pulau ini, Engku Putri.
Bangunan makam berwarna kuning terbuat dari beton, dikelilingi oleh pagar tembok. Lokasinya kompleks tampak lebih tinggi. Di kompleks ini terdapat pula makam tokoh-tokoh terkemuka kerajaan Riau, seperti makam Raja Haji Abdullah (Marhum Mursyid)Yang Dipertuan Muda Riau IX, makam Raja Ali Haji, pujangga Riau yang terkenal ‘’Gurindam Dua Belas’’, makam Raja Haji Abdullah, makam Mahkamah Syariah kerajaan Riau-Lingga, makam Tengku Aisyah Putri ‘’Yang Dipertuan Muda Riau IX, dan kerabat-kerabat Engku Putri yang lain. Di luar kompleks pemakaman masih ada makam lainnya yang usianya tampak lebih baru. ‘’Ini makam warga sekitar yang masih ada keturunan dengan sultan,’’ ujar Nike warga Penyengat.
Sejarah Riau mencatat bahwa Engku Putri (Raja Hamidah) adalah putri Raja Syahid Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang Yang Dipertuan Muda Riau IV yang termashur sebagai pahlawan Riau dalam menentang penjajahan Belanda.
Raja Ali Haji, Gurindam Dua Belas
Selain nama Penyengat yang melekat dengan nama Engku Putri, masih banyak tokoh lainnya yang makamnya ada di pulau ini memberikan sumbangan yang besar untuk negeri ini. Salah satunya Raja Ali Haji (RAH) Bin Raja Haji Ahmad Ulama yang terkenal dengan karya Gurindam Dua Belas (1847).
Sumber: Riau Pos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar