serta banyaknya tokoh-tokoh pemuda dan nasionalis yang telah dipenjarakan, dibuang ke
Digul oleh kekuasaan kolonial Belanda, dan kemudian oleh tentara pendudukan Jepang.
Betapa besar pula semangat mereka berkobar untuk bersama-sama bergotong-royong
berjuang demi kepentingan rakyat.
Berbicara tentang pemuda dapat menarik banyak kalangan, sebab sebagai
elemen penting bangsa, pemuda merupakan agent of change, agent of control dalam
sepanjang sejarah bangsa ini. Seperti sama-sama kita ketahui, 28 oktober 1928 merupakanmomentum terpenting yang diingat sebagai hari lahirnya sumpah pemuda.
Mengingatpengalaman selama Orde Baru maka patutlah kiranya kita berharap bahwa Hari SumpahPemuda kali ini akan diperingati secara lain, berbeda dengan yang dilakukan selama tigadasawarsa yang lalu. Apalagi, saat ini negara dan bangsa kita sedangdilanda oleh berbagai kerusuhan, oleh rasa permusuhan antar berbagai komponen bangsa, oleh kegiatan-kegiatan terbuka atau tersembunyi kekuatan gelap Orde Baru, oleh kerusakan moral dikalangan “elite”, dan oleh segala macam virus-virus berat lainnya warisan rezim militerSuharto dkk.
Mengingat begitu besar makna sejarah Sumpah Pemuda bagi perjalanan bangsa
ini, maka sepatutnyalah kita semua tidak hanya “mengenang” peristiwa besar itu,
melainkan juga merenungkan, betapa pentingnya peristiwa ini sebagai salah satu bentuk
sarana pendidikan bangsa ini yang sedang mengalami “sakit” dewasa ini. Berlainan
dengan kebiasaan zaman Orde Baru yang hanya memperingati peristiwa bersejarah itu
sebagai “ritual” yang diisi dengan pidato-pidato para “elite” yang munafik dan kosong
isinya serta dijadikan sebagai momentum yang dikemas dalam agenda acara pelantikan
atau pendirian organisasi kepemudaan.
Akan tetapi dalam perjalanannya pemuda tidak selamanya konsisten dalam satu
kesatuan sebagaimana sejak awal tonggak perjuangan dikibarkan hingga tercapainya
kemerdekaan bangsa ini. Perbedaan ideology dan latar belakang keorganisasian yang
banyak mempengaruhi faksi-faksi dikalangan pemuda.
Menurut Frans Magnis Suseno, ideologi dimaksud sebagai keseluruhan sistem
berfikir, nilai-nilai dan sikap dasar rohaniah sebuah gerakan, kelompok sosial atau
individu. Dengan demikian, ideologi memiliki fungsi mempolakan, mengkonsolidasikan
dan menciptakan arti dalam tindakan masyarakat. Sedangkan menurut Antonio Gramsci,
ideologi lebih dari sekedar sistem ide. Menurutnya, ideologi secara historis memiliki
keabsahan yang bersifat psikologis. Artinya ideologi ‘mengatur’ dan memberikan tempat
bagi manusia untuk melakukan fungsinya. Berdasarkan pemikiran para ahli tersebut,
terlihat bahwa ada kaitan erat pengaruh ideologi terhadap perilaku kehidupan social.
Memahami bentukan sosial politik suatu masyarakat akan sulit dilakukan tanpa terlebih
dahulu memahami ideologi yang ada dalam masyarakat tersebut. Dari sinilah terlihat
betapa ideologi merupakan perangkat mendasar dan merupakan salah satu unsur yang
akan mewarnai aktivitas sosial dan politik.
Keragaman idiologi ini merupakan warna yang indah dalam melakukan aktivitas
untuk mengisi kemerdekaan serta merupakan modal dalam kesadaran berdemokrasi
dan pendidikan politik sejak dini. Pemuda sudah biasa berbeda pendapat dalam
bermusyawarah dari eleman masing-masing hingga ketika bertemu dan menyatukan diri
dalam elemen bersama.
Dari keberagaman inilah, pada massa orde baru organisasi kepemudaan dihimpun
dalam wadah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Wadah ini terbukti semenjak
berdiri dapat menjadi pemersatu organisasi kepemudaan dengan berbagai idiologi, latar
belakang serta kepentingan. KNPI merupakan organisasi pemersatu wadah himpunan
pemuda tanpa pandang bulu yang cenderung pluralis dan toleran terhadap perbedaan.
Sebagai organisasi pemersatu, KNPI seharusnya memposisikan seluruh elemen
secara sama, tidak menjadikan KNPI sebagai (oraganisasi Kepemudaan) OKP baru yang
mana melihat organisasi kepemudaan dari besar dan kecilnya, akan tetapi memandang
semuanya sebagai organisasi yang harus diharagai dan sejajar sebab KNPI adalah wadah
bersama sehingga tidak diskriminatif.
Parameter untuk mengatakan KNPI saat ini diskriminatif adalah dominasi kekuatan
organ tertentu di tubuh KNPI dan cenderung sekarang KNPI terkesan menjadi OKP baru.
Hampir setiap musyawarah KNPI selalu didominasi organ besar tertentu seolah-olah
organ kecil menjadi pendukung bagi dirinya, terlebih ketika menentukan ketua KNPI
bukan prestasi lembaga dan personalnya, melaikan dominasi senior dan uang. Yang lebih
mengerikan, perebutan untuk menduduki posisi ketua KNPI bukan berdasarkan visi
bagaimana mendidik dan mengembangkan intelektualitas dan kratifitas pemuda, melaikan
hanya dijadikan sebagai wadah untuk mencari proyek-proyek pemerintah.
Kondisi yang mengkhatirkan inilah harus segera diakhiri, agar KNPI benar-
benar menjadi wadah bernaungnya seluruh kepentingan pemuda berbagai elemen yang
mengkedepankan kiprah lembaga dan kualitas personalnya bukan berdasarkan jumlah
anggota dan uang. KNPI harus kembali kepada jati dirinya sebagai pengayom sehingga
keberadaannya dapat dirasakan seluruh elemen pemuda dan bangsa.
Mengingat itu semua sudah waktunya sekarang ini bagi kita generasi muda bangsa,
baik itu tergabung dalam organisasi kepemudaan di dalam KNPI ataupun tidak, untuk
bersama-sama membebaskan Sumpah Pemuda dari kungkungan yang dipenuhi oleh
kepalsuan dan kemunafikan dan mengangkatnya kembali ketingkat luhur dan mulia,
sebagai pemersatu bangsa dan negara yang mengandung ciri-ciri revolusioner, Maka dari
pada itu tugas kita semua untuk, selanjutnya, menjadikan Hari Sumpah Pemuda sebagai
motor dalam meneruskan tugas “national and character building” yang dipelopori oleh
Bung Karno beserta para perintis kemerdekaan lainnya.
Andrisyah
Mahasiswa Pasca Sarjana UGM
Ketua Himpunan Mahasiswa Pekanbaru Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar