Ramuan Obat Tradisional Riau
Buku ini membahas tentang berbagai ramuan obat tradisional hasil racikan leluhur orang Riau masa silam. Ramuan obat tradisional ini sangat unik dan khas karena semua bahan obat dalam buku ini berasal dari beragam jenis tanaman, baik berupa biji, daun maupun akar, yang banyak tumbuh di sekitar rumah dan hutan Riau. Hal ini menandakan bahwa leluhur orang Riau sangat kreatif dan tanah Riau kaya akan Tanaman Obat untuk Keluarga (TOGA).
Penyakit yang dapat diobati dengan ramuan tradisional ini juga bermacam-macam, dari penyakit yang umum seperti sakit kepala atau perut (h. 3 dan h. 51-72) hingga penyakit yang khusus seperti kanker payudara (h. 84). Hal ini tentu saja sangat menggembirakan masyarakat karena dalam kondisi sekarang, di mana harga obat dan biaya rumah sakit mahal, masyarakat dapat memanfaatkan ramuan-ramuan obat dalam buku ini, yang murah dan mudah dibuat.
Sayangnya, buku ini dicetak dalam bentuk yang sangat bagus dan eksklusif sehingga tentu harganya sangat mahal. Dengan demikian, sulit bagi orang miskin untuk memilikinya. Kelemahan lain dalam buku ini adalah foto-foto tanaman seperti daun, biji, atau akar yang diletakkan terpisah dari pembahasan ramuan obat. Hal ini menjadikan pembaca tidak dapat secara langsung memahami foto mana yang dirujuk oleh masing-masing ramuan obat tersebut.
Terlepas dari kelemahan yang ada, pembaca yang tidak mengenal atau lupa nama tanaman obat tradisional mereka, khususnya para anak muda Riau atau orang kota yang tidak peduli atau tidak pernah mengenal ramuan tradisional, dapat membaca buku ini agar mengetahui dan memahami warisan leluhur mereka.
Kebudayaan Kesehatan
Dalam konsep kebudayaan, kesehatan adalah unsur yang paling jarang dibahas oleh antropolog. Padahal, kesehatan merupakan hal yang terdekat dengan sejarah kehidupan manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya warisan ramuan obat tradisional yang dimiliki oleh hampir semua leluhur suku bangsa di nusantara ini. Leluhur Riau adalah salah satu bukti tersebut.
Koentjaraningrat dalam bukunya “Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan” (1996) tidak menyebut kesehatan sebagai unsur kebudayaan. Koentjaraningrat hanya menyebut bahasa, religi, sistem pengetahuan, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, kesenian, dan organisasi sosial. Dalam konsep Koentjaraningrat, kesehatan dimasukkan ke dalam sistem pengetahuan, artinya segala bentuk ide, perilaku, dan benda-benda budaya yang berhubungan dengan kesehatan dianggap sebagai bagian dari sistem pengetahuan manusia. Hal yang sama juga terjadi pada keamanan.
Tidak disebutkannya kesehatan sebagai unsur kebudayaan tersendiri seperti halnya kesenian atau bahasa tampaknya menyebabkan orang sering melupakan warisan leluhur yang berupa ramuan obat tradisional. Hal ini pula yang menyebabkan orang sering mengidentikkan kebudayaan dengan kesenian, padahal kebudayaan adalah hasil olah cipta, rasa, dan karsa manusia seluruhnya. Oleh karena itu, penerbitan buku ini merupakan aktivitas kebudayaan yang positif dan penting untuk diapresiasi.
Buku ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Riau pada masa silam memaknai alam tidak hanya sebagai sebuah ruang hidup akan tetapi juga pemberi kehidupan. Mereka harus bertahan dari kerasnya kehidupan alam Riau. Dalam konteks ini, justru terlihat bahwa hasil olah budi yang berhubungan dengan kesehatan menjadi dasar dari kebudayaan lainnya. Oleh karena itu menjadi aneh jika kesehatan tidak disebut khusus menjadi unsur kebudayaan.
Alam telah memberikan inspirasi kepada leluhur orang Riau untuk meracik daun dan biji menjadi obat penyembuh sakit mereka. Ramuan obat yang mereka ciptakan menjadikan tamadun Melayu semakin nampak. Leluhur Riau sebagai salah satu leluhur bangsa Melayu menjadi bukti nyata bahwa kebudayaan Melayu penting untuk ditegakkan kembali. Tugas bagi puak-puak Melayu untuk memahami ini semua dan melestarikannya dalam tindakan selanjutnya.
Penulis : Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Riau
Penyelaras : Mahyudin Al Mudra, S.H., M.M.
Penerbit : Adicita Karya Nusa, Yogyakarta
Sumber: http://www.adicita.com/resensi/detail/id/222/Ramuan-Obat-Tradisional-Riau
Penyakit yang dapat diobati dengan ramuan tradisional ini juga bermacam-macam, dari penyakit yang umum seperti sakit kepala atau perut (h. 3 dan h. 51-72) hingga penyakit yang khusus seperti kanker payudara (h. 84). Hal ini tentu saja sangat menggembirakan masyarakat karena dalam kondisi sekarang, di mana harga obat dan biaya rumah sakit mahal, masyarakat dapat memanfaatkan ramuan-ramuan obat dalam buku ini, yang murah dan mudah dibuat.
Sayangnya, buku ini dicetak dalam bentuk yang sangat bagus dan eksklusif sehingga tentu harganya sangat mahal. Dengan demikian, sulit bagi orang miskin untuk memilikinya. Kelemahan lain dalam buku ini adalah foto-foto tanaman seperti daun, biji, atau akar yang diletakkan terpisah dari pembahasan ramuan obat. Hal ini menjadikan pembaca tidak dapat secara langsung memahami foto mana yang dirujuk oleh masing-masing ramuan obat tersebut.
Terlepas dari kelemahan yang ada, pembaca yang tidak mengenal atau lupa nama tanaman obat tradisional mereka, khususnya para anak muda Riau atau orang kota yang tidak peduli atau tidak pernah mengenal ramuan tradisional, dapat membaca buku ini agar mengetahui dan memahami warisan leluhur mereka.
Kebudayaan Kesehatan
Dalam konsep kebudayaan, kesehatan adalah unsur yang paling jarang dibahas oleh antropolog. Padahal, kesehatan merupakan hal yang terdekat dengan sejarah kehidupan manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya warisan ramuan obat tradisional yang dimiliki oleh hampir semua leluhur suku bangsa di nusantara ini. Leluhur Riau adalah salah satu bukti tersebut.
Koentjaraningrat dalam bukunya “Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan” (1996) tidak menyebut kesehatan sebagai unsur kebudayaan. Koentjaraningrat hanya menyebut bahasa, religi, sistem pengetahuan, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, kesenian, dan organisasi sosial. Dalam konsep Koentjaraningrat, kesehatan dimasukkan ke dalam sistem pengetahuan, artinya segala bentuk ide, perilaku, dan benda-benda budaya yang berhubungan dengan kesehatan dianggap sebagai bagian dari sistem pengetahuan manusia. Hal yang sama juga terjadi pada keamanan.
Tidak disebutkannya kesehatan sebagai unsur kebudayaan tersendiri seperti halnya kesenian atau bahasa tampaknya menyebabkan orang sering melupakan warisan leluhur yang berupa ramuan obat tradisional. Hal ini pula yang menyebabkan orang sering mengidentikkan kebudayaan dengan kesenian, padahal kebudayaan adalah hasil olah cipta, rasa, dan karsa manusia seluruhnya. Oleh karena itu, penerbitan buku ini merupakan aktivitas kebudayaan yang positif dan penting untuk diapresiasi.
Buku ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Riau pada masa silam memaknai alam tidak hanya sebagai sebuah ruang hidup akan tetapi juga pemberi kehidupan. Mereka harus bertahan dari kerasnya kehidupan alam Riau. Dalam konteks ini, justru terlihat bahwa hasil olah budi yang berhubungan dengan kesehatan menjadi dasar dari kebudayaan lainnya. Oleh karena itu menjadi aneh jika kesehatan tidak disebut khusus menjadi unsur kebudayaan.
Alam telah memberikan inspirasi kepada leluhur orang Riau untuk meracik daun dan biji menjadi obat penyembuh sakit mereka. Ramuan obat yang mereka ciptakan menjadikan tamadun Melayu semakin nampak. Leluhur Riau sebagai salah satu leluhur bangsa Melayu menjadi bukti nyata bahwa kebudayaan Melayu penting untuk ditegakkan kembali. Tugas bagi puak-puak Melayu untuk memahami ini semua dan melestarikannya dalam tindakan selanjutnya.
Penulis : Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Riau
Penyelaras : Mahyudin Al Mudra, S.H., M.M.
Penerbit : Adicita Karya Nusa, Yogyakarta
Sumber: http://www.adicita.com/resensi/detail/id/222/Ramuan-Obat-Tradisional-Riau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar