"Kondisi ini tentunya akan mempengaruhi layanan medis di tengah masyarakat mengingat dokter ahli merupakan `jantung` bagi layanan kesehatan itu sendiri," kata Nuzelly di Pekanbaru, Kamis.
Menurutnya, mulai dari dokter spesialis gigi, penyakit dalam, kandungan dan dokter ahli lainnya rata-rata saat ini masih sangat minim.
Bahkan, kata Nuzelly, satu dokter terkadang merangkap jabatan atau melayani pasien di dua dan tiga rumah sakit yang berbeda.
"Belum lagi mereka terkadang juga membuka praktik sendiri. Kondisi ini pula yang menyebabkan layanan kesehatan masyarakat kurang optimal," katanya.
Sebaliknya, demikian Nuzelly, saat ini jumlah dokter umum di berbagai wilayah kabupaten/kota Provinsi Riau justru sudah sangat berlebih.
Banyaknya dokter umum di Riau khususnya Pekanbaru, menurut dia, juga tidak lepas dari telah dibukannya jurusan khusus kedokteran di Universitas Riau.
"Setiap tahun, ada puluhan bahkan ratusan dokter yang diwisuda. Nah, rata-rata dari mereka juga tidak melanjutkan ke spesialis sehingga terjadi penumpukan untuk dokter umum," ujar Nuzelly.
Dari `kacamata` medis, menurut Nuzelly, idealnya satu dokter spesialis menangani sebanyak 50 pasien penderita penyakit berat setiap bulannya.
"Namun pada kenyataannya, saat ini satu orang dokter spesialis menangani lebih dari 50 pasien setiap bulannya," urainya.
Sebaliknya, kata Nuzelly, para dokter umum menangani lebih banyak pasien yang tersebar di klinik dan rumah sakit-rumah sakit yang ada di Riau.
"Bahkan pasien yang menderita penyakit khusus atau parah juga sempat ditangani terlebih dahulu oleh dokter umum," kata Nuzelly.
Sumber: Antara
Ternyata dengan penundaan CPNS banyak didaerah daerah kekurangan tenaga, ayo buka lowongan CPNS besar besaran
BalasHapus